Hari Raya Arwah Semua Orang Beriman (2 November)

Hari Raya Arwah Semua Orang Beriman (2 November)

Setiap tanggal 2 November, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Arwah Semua Orang Beriman. Perayaan ini dilangsungkan untuk mengenang dan mempersembahkan doa bagi semua orang beriman yang telah meninggal, terutama orang-orang Kristen yang telah dibaptis yang diyakini berada di api penyucian.

Praktik mendoakan arwah telah dilakukan sejak Perjanjian Lama, tepatnya ketika Yudas Makabe mendoakan arwah orang-orang yang gugur dalam pertempuran melawan Gorgias (2 Mak 12:38-45). alam Perjanjian Baru, St. Paulus pun berdoa bagi Onesiforus, kawan yang mengunjunginya di Roma (2 Tim 1:18).

Praktik mendoakan orang-orang mati menjadi tradisi Biara Benediktin sejak abad ke-6 dan dirayakan pada hari Sabtu sebelum Pentakosta. Praktik ini bermunculan pula di Spanyol maupun Jerman. Pada tahun 1030, St. Odilo, Abbas Biara Benediktin di Cluny, menetapkan agar diadakan peringatan arwah setiap tahunnya di biara-biara ordonya. Tradisi inilah yang di kemudian hari diikuti oleh keuskupan-keuskupan di Eropa sampai menjadi peringatan universal Gereja.

Ajaran Katolik mengajarkan bahwa arwah seseorang yang telah meninggal dapat berada di tiga tempat:

1. Surga

Tempat bagi seseorang yang meninggal dalam keadaan kasih karunia dan persekutuan yang sempurna dengan Tuhan.

2. Neraka

Tempat bagi mereka yang meninggal dalam keadaan dosa berat.

3. Api Penyucian (purgatorium)

Tempat bagi  kebanyakan orang, yang bebas dari dosa berat, tetapi masih dalam keadaan dosa (ringan) yang lebih kecil. Api penyucian diperlukan agar jiwa-jiwa yang telah wafat dapat disucikan dan disempurnakan sebelum mereka masuk ke surga (KGK 1030). 

Sesuai dengan ajaran dan tradisi ini, umat Katolik percaya bahwa melalui doa umat beriman yang masih hidup, orang mati dapat disucikan dari dosa-dosa mereka sehingga mereka dapat masuk ke surga.

Umat Katolik dapat memperingati perayaan ini dengan mengikuti Misa Requiem dan berkunjung ke makam. Di beberapa negara, juga ada kebiasaan menghias makam dengan dekorasi dan lilin. Warna liturgi yang digunakan untuk misa ini bervariasi — hitam (melambangkan rasa berkabung), ungu (melambangkan penebusan dosa), atau putih (melambangkan harapan akan kebangkitan). Khusus di Indonesia, warna liturgi yang sering digunakan pada perayaan ini adalah warna ungu. 


Sumber:

Gambar: www.stfrancisdesales.ca dan Instagram @misdinar_rk


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Syukur Agung II

Doa Syukur Agung I

Peralatan Liturgi